APLIKASI FUNGI RIZOSFER SEBAGAI PUPUK HAYATI PADA BIBIT KELAPA SAWIT DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN
Abstract
Tandan kosong kelapa sawit memiliki komposisi kimia berupa selulosa 45,95 %, hemiselulosa 22,84 %, lignin 16,49 %, minyak 2,41 %, dan abu 1,23 %. Selama ini pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit sangat terbatas yaitu sebagai sumber kalium setelah proses pembakaran. Proses pembakaran tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat menimbulkan polusi udara karena menghasilkan abu terbang (fly ash). Untuk mengurangi pencemaran lingkungan perlu dilakukan penanganan TKKS, contohnya diolah menjadi pupuk hayati. Secara alami limbah TKKS mengalami dekomposisi. Namun, dekomposisi ini memerlukan waktu yang sangat lama. Proses ini dapat dipercepat menggunakan mikroorganisme fungi untuk mendegradasi selulosa dan lignin yang ada dalam TKKS. Perlunya pengelolaan tanda kosong sawit yang ramah lingkungan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan umum : mengembangkan pupuk hayati padat menggunakan fungi rhizosfir dan limbah TKKS sebagai bahan baku. Metode pada penelitian ini adalah menggunakan metode eksperimental. Fungi rhizosfir yang dipilih sebagai agen pupuk hayati adalah yang memiliki kemampuan mendegradasi selulosa, melarutkan fosfat, bersifat antagonist terhadap Ganoderma boinense. Dipilih 3 isolat fungi rhizosfir dengan kinerja terbaik memenuhi kriteria di atas. Isolat L1 adalah yang mempunyai kemampuan mendegradasi selulosa tertinggi dengan indeks selulase = 2,92. Sementara itu, isolat E1 adalah fungi yang memiliki kemampuan dalam melarutkan fosfat. Sedangkan isolat E2 memiliki kemampuan tertinggi dalam menghambat pertumbuhan G. boninense. Ketiga isolat tersebut dijadikan agen pupuk hayati untuk diujikan ke anakan tanaman kelapa sawit secara tunggal dan kombinasi. Hasil penelitian diperoleh Pertumbuhan tinggi tananam terbaik pada perlakuan penambahan Fungi kode E2 (T3) dengan tinggi 19,87 ± 1,61 cm, Berdasarkan hasil analisis DNA ITS, isolat E1 teridentifikasi sebagai Talaromyces pinophilus (100 %), E2 sebagai Trichoderma viride (100 %) dan L1 sebagai Acremonium cellulolyticus (100 %).